Pada masa ini, otak anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, bahkan hingga 80% struktur otaknya terbentuk sebelum anak menginjak usia 7 tahun.
Di sinilah pentingnya memberikan stimulasi yang tepat agar potensi anak berkembang secara optimal.
Stimulasi yang dimaksud tidak selalu harus bersifat formal atau akademik, namun bisa dilakukan lewat aktivitas sederhana yang menyenangkan dan dilakukan secara konsisten di rumah.
Kegiatan-kegiatan kecil seperti bermain, bercakap, bernyanyi, membaca, atau meniru aktivitas orang tua ternyata memiliki dampak besar dalam membentuk kecerdasan dan karakter anak.
Orang tua terutama Bunda dan Ayah memegang peran utama dalam proses stimulasi ini. Rumah adalah lingkungan pertama dan utama tempat anak belajar mengenal dunia.
Maka, menyediakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan fisik, emosional, dan intelektual anak sangatlah penting.
Apalagi di era sekarang, di mana anak mudah terpapar gadget dan konten digital sejak dini.
Cara Stimulasi Otak Anak Usia 1-7 Tahun di Rumah
Cara Stimulasi Otak Anak Usia 1-7 Tahun di Rumah
Orang tua perlu lebih bijak dan aktif untuk mengarahkan kegiatan anak agar lebih interaktif dan kaya makna.
Salah satu stimulasi paling sederhana adalah berbicara dan membacakan cerita pada anak setiap hari.
Sejak bayi, anak sudah mampu mendengar dan menyerap suara di sekitarnya. Maka, mengajak anak berbicara sejak dini akan melatih kemampuan bahasa, mengenal intonasi, serta memperkaya kosakata.
Membacakan buku bergambar juga bisa merangsang imajinasi, kemampuan kognitif, serta meningkatkan bonding antara anak dan orang tua.
Pilihlah buku cerita dengan bahasa yang mudah dipahami, penuh warna, dan mengandung nilai-nilai moral.
Permainan edukatif sederhana juga sangat efektif dalam menstimulasi otak anak. Misalnya bermain balok warna-warni, puzzle, mencocokkan bentuk dan warna, atau permainan bongkar pasang.
Permainan seperti ini tidak hanya melatih kemampuan motorik halus dan koordinasi mata-tangan, tetapi juga menumbuhkan kemampuan memecahkan masalah (problem solving) dan logika berpikir.
Bermain sambil belajar membuat anak merasa senang tanpa merasa terbebani.
Selain itu, anak bisa diajak terlibat dalam aktivitas rumah tangga seperti memasak, mencuci sayur, atau menyiram tanaman.
Meskipun terlihat sederhana, kegiatan ini mampu mengasah motorik kasar, rasa tanggung jawab, dan mengenalkan konsep sebab-akibat.
Anak belajar memahami urutan kegiatan, mengenal tekstur, warna, dan aroma secara langsung dari lingkungan sekitar.
Bermain peran (role play) juga termasuk stimulasi penting bagi anak usia dini. Anak bisa berpura-pura menjadi dokter, guru, petugas pemadam kebakaran, atau penjual makanan.
Aktivitas ini membantu perkembangan sosial-emosional, memperkaya bahasa, dan melatih empati serta imajinasi.
Jangan lupa untuk menjawab setiap pertanyaan anak dengan sabar, karena rasa ingin tahu yang tinggi merupakan modal utama dalam proses belajar.
Namun, di tengah kemajuan teknologi, penting untuk membatasi paparan gadget dan layar digital.
Dikutip GENEROS.CO.ID dari situs American Academy of Pediatrics, anak usia 2–5 tahun sebaiknya tidak lebih dari 1 jam per hari menonton layar, dan anak di bawah 2 tahun sebaiknya tidak terpapar sama sekali.
Terlalu lama bermain gadget dapat menghambat perkembangan sosial dan bahasa anak. Oleh karena itu, orang tua perlu mengganti waktu layar dengan aktivitas fisik, eksplorasi alam, bermain bersama, atau membaca buku.
Terakhir, jangan lupakan pentingnya istirahat yang cukup dan berkualitas.
Saat anak tidur, otak mereka bekerja memproses informasi dan memperkuat memori.
Anak usia 1–3 tahun disarankan tidur 11–14 jam per hari, sedangkan usia 4–7 tahun memerlukan 10–13 jam.
Tidur yang cukup juga berpengaruh pada suasana hati dan konsentrasi anak selama beraktivitas.
Memberikan stimulasi otak pada anak usia 1–7 tahun tidak harus rumit atau mahal.
Dengan interaksi sehari-hari yang hangat, konsisten, dan menyenangkan, orang tua dapat membantu anak mengembangkan seluruh potensinya.
Aktivitas seperti membaca, bermain, berbicara, dan bermain peran bisa menjadi bentuk stimulasi sederhana namun berdampak besar.
Menurut Kementerian Kesehatan RI, stimulasi dini yang diberikan secara tepat, teratur, dan terus menerus akan membantu anak tumbuh menjadi pribadi yang cerdas, sehat, dan mandiri.***