Ayah dan Bunda, sering kali tanpa sadar kita menyimpan banyak harapan pada anak: cerdas, cepat bicara, penurut, berprestasi.
Tapi, apakah ekspektasi itu sudah sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan anak?
Artikel ini mengajak kita untuk menyadari dan mengelola harapan, agar tidak jadi beban bagi anak maupun orang tua.
Daftar Isi
Apa Itu Ekspektasi dalam Pengasuhan?
Ekspektasi adalah harapan atau standar yang kita tetapkan terhadap anak, baik secara:
- Akademik
- Perilaku
- Minat dan bakat
- Perkembangan usia tertentu
- Respons terhadap aturan atau kegiatan
Dampak Ekspektasi yang Terlalu Tinggi
- Anak merasa tidak pernah cukup
- Hubungan menjadi tegang dan jauh
- Anak kehilangan rasa percaya diri
- Orang tua lebih cepat marah atau kecewa
- Fokus jadi pada hasil, bukan proses
Ciri-Ciri Ekspektasi Orang Tua Perlu Dikelola

Ciri-Ciri Ekspektasi Orang Tua Perlu Dikelola
Sering membandingkan anak dengan anak lain
Merasa frustrasi saat anak tidak memenuhi standar tertentu
Menuntut anak belajar/berprestasi tanpa mempertimbangkan kesiapan
Kurang memberi pujian atas proses, lebih fokus pada “hasil akhir”
Anak sering terlihat takut gagal atau tidak percaya diri
Tips Mengelola Ekspektasi Secara Sehat
1. Kenali Realita Perkembangan Anak
Pahami bahwa tiap anak unik. Bandingkan anak dengan dirinya sendiri, bukan anak orang lain.
2. Fokus pada Proses, Bukan Hanya Hasil
Apresiasi usaha, keberanian mencoba, dan kemajuan sekecil apa pun.
3. Dengarkan Anak, Bukan Hanya Mengarahkan
Berikan ruang untuk anak mengekspresikan minat, perasaan, dan pilihannya.
4. Buat Target yang Fleksibel dan Bertahap
Gunakan pendekatan bertahap sesuai kemampuan dan minat anak, bukan target yang terlalu jauh dan cepat.
5. Refleksikan Harapan yang Muncul: Dari Anak atau Dari Kita?
Tanyakan pada diri sendiri, “Apakah ini demi kebaikan anak, atau demi ambisi saya sebagai orang tua?”
6. Latih Diri Menerima Anak Apa Adanya
Semakin kita menerima anak dengan keunikannya, semakin mudah membimbing mereka berkembang secara optimal.
Kalimat Positif Pengganti Tekanan
❌ “Kamu harus jadi juara, ya.”
✅ “Mama bangga kamu mau mencoba dan terus belajar.”
❌ “Kok kamu belum bisa seperti temannya?”
✅ “Setiap anak punya waktu belajarnya masing-masing, kamu juga akan bisa.”
Ayah dan Bunda, mencintai anak bukan berarti menekan mereka untuk menjadi sempurna—tapi menerima dan mendampingi mereka apa adanya.
Ekspektasi yang terlalu tinggi bisa berubah jadi beban, tapi ekspektasi yang sehat bisa jadi bahan bakar semangat.
Yuk, ubah tekanan jadi pelukan. Bukan seberapa cepat mereka sampai, tapi bagaimana mereka tumbuh dengan bahagia dan penuh rasa aman.***