Mengelola Ekspektasi: Menyambut Anak Apa Adanya, Bukan Sesuai Bayangan Kita

by | Jul 30, 2025 | Kesehatan Mental

GENEROS.CO.ID – Anak bukan proyek kesempurnaan. Mereka tumbuh dengan caranya sendiri. Yang paling dibutuhkan bukan target tinggi, tapi penerimaan penuh cinta.

Ayah dan Bunda, sering kali tanpa sadar kita menyimpan banyak harapan pada anak: cerdas, cepat bicara, penurut, berprestasi.

Tapi, apakah ekspektasi itu sudah sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan anak?

Artikel ini mengajak kita untuk menyadari dan mengelola harapan, agar tidak jadi beban bagi anak maupun orang tua.

Apa Itu Ekspektasi dalam Pengasuhan?

Ekspektasi adalah harapan atau standar yang kita tetapkan terhadap anak, baik secara:

  • Akademik
  • Perilaku
  • Minat dan bakat
  • Perkembangan usia tertentu
  • Respons terhadap aturan atau kegiatan
Baca Juga  Bunda Wajib Tahu! Ini yang Akan Terjadi pada Otak si Kecil Jika Screen Time Terlalu Lama

Dampak Ekspektasi yang Terlalu Tinggi

  • Anak merasa tidak pernah cukup
  • Hubungan menjadi tegang dan jauh
  • Anak kehilangan rasa percaya diri
  • Orang tua lebih cepat marah atau kecewa
  • Fokus jadi pada hasil, bukan proses

Ciri-Ciri Ekspektasi Orang Tua Perlu Dikelola

Ciri-Ciri Ekspektasi Orang Tua Perlu Dikelola

  • Sering membandingkan anak dengan anak lain

  • Merasa frustrasi saat anak tidak memenuhi standar tertentu

  • Menuntut anak belajar/berprestasi tanpa mempertimbangkan kesiapan

  • Kurang memberi pujian atas proses, lebih fokus pada “hasil akhir”

  • Anak sering terlihat takut gagal atau tidak percaya diri

Tips Mengelola Ekspektasi Secara Sehat

1. Kenali Realita Perkembangan Anak

Pahami bahwa tiap anak unik. Bandingkan anak dengan dirinya sendiri, bukan anak orang lain.

Baca Juga  Peduli Korban Kekerasan Seksual, Generos Ajak KPAI Serukan Upaya Pencegahan

2. Fokus pada Proses, Bukan Hanya Hasil

Apresiasi usaha, keberanian mencoba, dan kemajuan sekecil apa pun.

3. Dengarkan Anak, Bukan Hanya Mengarahkan

Berikan ruang untuk anak mengekspresikan minat, perasaan, dan pilihannya.

4. Buat Target yang Fleksibel dan Bertahap

Gunakan pendekatan bertahap sesuai kemampuan dan minat anak, bukan target yang terlalu jauh dan cepat.

5. Refleksikan Harapan yang Muncul: Dari Anak atau Dari Kita?

Tanyakan pada diri sendiri, “Apakah ini demi kebaikan anak, atau demi ambisi saya sebagai orang tua?”

6. Latih Diri Menerima Anak Apa Adanya

Semakin kita menerima anak dengan keunikannya, semakin mudah membimbing mereka berkembang secara optimal.

Baca Juga  Bagaimana Mendidik Anak Kreatif Lewat Kegiatan Sehari-hari? Ini Tipsnya

Kalimat Positif Pengganti Tekanan

❌ “Kamu harus jadi juara, ya.”
✅ “Mama bangga kamu mau mencoba dan terus belajar.”

❌ “Kok kamu belum bisa seperti temannya?”
✅ “Setiap anak punya waktu belajarnya masing-masing, kamu juga akan bisa.”

Ayah dan Bunda, mencintai anak bukan berarti menekan mereka untuk menjadi sempurna—tapi menerima dan mendampingi mereka apa adanya.

Ekspektasi yang terlalu tinggi bisa berubah jadi beban, tapi ekspektasi yang sehat bisa jadi bahan bakar semangat.

Yuk, ubah tekanan jadi pelukan. Bukan seberapa cepat mereka sampai, tapi bagaimana mereka tumbuh dengan bahagia dan penuh rasa aman.***